Dalam pengembaraanku
Aku sempat diam dan meragu
Langkahku membeku,
lalu dihajar haru yang biru
Sempat terkenang memori dahulu
Yang kurajut hingga membentang jubah masa lalu
Ia mencekikku dalam pilu
Lalu diam-diam bernyanyi sendu
Tapak kakiku meniti ragu-ragu
sebuah tapal batas yang bergetar menahan rasa-rasa yang tabu;
yang telah keras membatu
jauh,
jauh di dasar kalbu
Pada suatu makna,
Sang Bintang tak sedang bertahta di singgasananya
Ia menghilang dari tatap mata
Untuk sejenak masa
Meninggalku bersama luka
Ia ke mana?
Aku tak kuasa bertanya
Hanya atma yang mendesaukan senandung rasa
Yang menitikkan air mata
Membanjiri Nirwana
Tuhan,
pintaku masih bernyawa
agar sang bintang kembali bertahta
dan yang lain pergi selamanya
Malang,
Petani Aksara, 18 Oktober 2017.
»» READ MORE
Aku sempat diam dan meragu
Langkahku membeku,
lalu dihajar haru yang biru
Sempat terkenang memori dahulu
Yang kurajut hingga membentang jubah masa lalu
Ia mencekikku dalam pilu
Lalu diam-diam bernyanyi sendu
Tapak kakiku meniti ragu-ragu
sebuah tapal batas yang bergetar menahan rasa-rasa yang tabu;
yang telah keras membatu
jauh,
jauh di dasar kalbu
Pada suatu makna,
Sang Bintang tak sedang bertahta di singgasananya
Ia menghilang dari tatap mata
Untuk sejenak masa
Meninggalku bersama luka
Ia ke mana?
Aku tak kuasa bertanya
Hanya atma yang mendesaukan senandung rasa
Yang menitikkan air mata
Membanjiri Nirwana
Tuhan,
pintaku masih bernyawa
agar sang bintang kembali bertahta
dan yang lain pergi selamanya
Malang,
Petani Aksara, 18 Oktober 2017.